7 Sept 2013

kisah penjaga toko berhati mulia





penulis : dokter raka narzies


          Kisah ini diangkat dari kisah nyata tentang seorang penjaga toko yang berasal dari salah satu Negara bagian Amerika Serikat.Sebut saja penjaga toko itu adalah Ahmad.Ahmad adalah seorang muslim Amerika yang membuka toko yang menjual segala macam bahan kebutuhan hidup sehari-hari.Toko milik Ahmad tidak terlalu besar namun isinya sangat lengkap.
               Pada suatu sore Ahmad sedang menata barang dagangnnya,diaturnya dengan rapi barang dagangannya tersebut.Tiba-tiba masuk ke dalam toko seorang laki-laki kulit hitam tinggi besar sambil membawa tongkat bisbol.Laki-laki tersebut datang mendekati Ahmad sambil mengancam penjaga toko tersebut.
“Serahkan uangmu cepat,”ancam lelaki tersebut sambil megacungkan tongkat bisbol dan seolah-olah hendak memukulkan tongkat tersebut kepada si Ahmad.Ahmad sang penjaga toko sendiri mengangkat kedua tangannya dengan sedikit ketakutan.
“Iya pak,tunggu sebentar saya mau ambilkan uangnya,”jawab Ahmad,si penjahat kulit hitam itu setuju.Lalu Ahmad menunduk seolah-olah berusaha mengambil uang dari laci bawah,namun sebenarnya dia hendak mengambil senapan laras panjang miliknya.Si ahmad berhasil mengambil senapannya,lalu ditodongkanlah senapan itu ke depan penjahat tersebut.
“Angkat tangan!buang tongkatmu!”perintah si Ahmad.Si Penjahat itu tampak sangat ketakutan lalu dia buang tongkat bisbol yang dipegangnya tadi.
”Ampun pak,ampun pak!”mohon si penjahat tersebut kepada si Ahmad sang penjaga toko.
”Kamu jongkok sekarang,dan angkat kedua tanganmu,kalo tidak aku tembak kamu!”perintah si Ahmad.
Si penjahat itu segera menuruti perintah si Ahmad.Penjahat itu langsung berjongkok dan mengangkat kedua tangannya.
”Ampun pak,tolong jangan tembak saya,”mohon penjahat itu kepada si Ahmad.
”Kamu kenapa merampok?kan kamu bisa bekerja baik-baik untuk mencari uang?”tanya Ahmad.
”Iya pak,saya ingin seperti itu,tetapi anak saya sekarang lagi sakit keras pak,saya butuh uang untuk bawa dia ke rumah sakit,saya dan anak saya juga kelaparan butuh makan sedangkan saya tidak punya uang sama sekali,”jelas penjahat tersebut sambil menangis.Mendengar penjelasan si penjahat tersebut hati si Ahmad tersentuh lalu dia menurunkan senjatanya tidak mengarah ke muka si penjahat itu lagi.
”Kamu beneran tidak berbohong dengan semua yang kamu ucapkan??”tanya si Ahmad dengan hati yang mulai iba.”
”Iya,pak saya berani sumpah,”jawab penjahat tersebut.
”Kamu berani sumpah demi Tuhan?”
”Iya berani pak”jawab penjahat tersebut.
”Iya sudah,kamu bersumpah sekarang demi nama Tuhan”perintah si Ahmad.
”Iya pak saya bersumpah demi tuhan kalo anak saya sakit butuh uang untuk berobat dan butuh makan juga,”
”Ya sudah,sekarang ambil makanan dan minuman yang kamu mau,serahkan pada anakmu,silahkan kamu ambil sekarang,”terang si Ahmad kepada penjahat tersebut.
Mendengar kalimat itu si penjahat agak bingung,dia sempat tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
”Bapak serius??”tanya si penjahat itu dengan heran.
”Iya saya serius,sekarang kamu ambil makanan dan minuman disini,kasihkan kepada anakmu,”perintah si Ahmad.
Mendengar kalimat si Ahmad si penjahata hendak bersujud kepada si Ahmad namun Ahmad melarangnya.
”Kamu jangan bersujud padaku,manusia tidak boleh bersujud di depan manusia,hanya boleh bersujud di depan Tuhannya saja,Kamu berdiri sekarang ambil makanan dan minuman untuk anakmu sekarang”.
Si penjahat itu lalu berdiri dan mengambil beberapa makanan dan minuman untuk anaknya.Si ahmad menuju ke laci kasir,waktu si penjahat itu hendak keluar dia langsung memanggilnya untuk mendekat.Si ahmad menyerahkan uang 40 dolar amerika kalo hitungan rupiah sekitar 400 ribu rupiah.Ahmad memberikan uang tersebut kepada si penjahat.
”Ini uang untuk anakmu,aku tidak tau cukup apa tidak,tetapi setidaknya bisa membantu untuk menyembuhkan anakmu,”jelas di Ahmad sambil menyerahkan uang itu kepada si penjahat.Si penjahat tersebut menangis lagi lalu dia mendoakan si Ahmad nanti bisa masuk surga karena hatinya begitu baik,lalu di penjahat itu segera keluar meninggalkan tokonya.

No comments: