7 Mar 2015

buah dari keikhlasan









      Kisah ini diawali dengan seorang anak laki-laki yang mendapatkan buah durian salak dengan ukuran cukup besar dan buahnya manis.Sewaktu mencoba buah salak tersebut dia teringat kiainya yang bernama ustad Salam.Lalu dia memutuskan untuk mendatangi ustad Salam.Sesampai di rumah ustad Salam,si Ahmad nama anak itu mengetuk pintu rumah ustad Salam.
“Assalamualaikum Ustad!”seru Ahmad sambil mengetuk pintu
“Waalaikum salah wr wb,”jawab seorang wanita yang dikenal sebagai istri ustad Salam.
“Pak ustad ada Bu?”tanya Ahmad.
“O ada nak,silahkan masuk saya panggilkan Abi sebentar.”ujar istri ustad Salam seraya mempersilahkan si Ahmad masuk ke dalam ruang tamu.
Tak berapa lama kemudian ustad Salam datang menghampiri Ahmad.
“Assalamualaikum ustad,”ujar si Ahmad sambil mencium punggung telapak tangan ustad Salam.
“Waalaikum salam nak Ahmad,silahkan duduk,”jawab sang ustad.
“Iya kasih pak ustad.”jawab Ahmad.
“Ngomong-ngomonh kesini ada perlu apa nak Ahmad?”tanya ustad Salam
“Begini ustad saya kesini kebetulan bawa buah salak banyak,sekalian mampir silaturahmi saya bawakan buah salak ini untuk Ustad,”jelas Ahkad kepada ustad Salam.
“Ola nah ga usah repot-repot gitu,”jawab sang Ustad.
“Gapapa pak ustad ini ikhlas dari saya,”jawab si Ahmad.
“OOO begitu ya Nak,tunggu sebentar ya nak,”jawab sang ustad lalu beliau masuk ke dalam untuk menemui istrinya.
“Umi kesini bentar!”ujar ustad Salam
Tak lama kemudian istri ustad Salam datang menghampirinya.
“Ada apa Abi memanggil saya?”
“ Gini umi,disini kita punya apa?”tanya abi kepada umi.
“Kayaknya ga ada apa-apa disini apa,kecuali ada kambing seekor pembelian tentangga jauh.
“O begitu bawa kesini tu kambing umi!”perintah ustad Salam.
“Untuk apa abi?”tanya istri ustad Salam
“Ini mau saya berikan kepada Ahmad,”jawab ustad Salam.
“O begitu ya Abi,kalo gitu saya ambilkan dulu,”
Setelah kambing diambil lalu oleh ustad Salam dibawa ker uang tamu.
Melihat ustad Salam bawa kambing 1 ekor Ahmad jadi bingung lalu bertanya,”Pak ustad bawa kambing buat apa?”
“Begini Ahmad,kamu udah baik datang ke rumah ustad bawain buah salah,Pak ustad berterima kasih kepadamu,pak ustad ga punya apa-apa untuk diberikan ke kamu ada kambing seekor ini silahkan bawa pulang!”jelas pak ustad Salam kepada Ahmad.
“O begitu pak ustad,kalo begitu saya terima pemberiannya,”sebenarnya dengan agak sungkan Ahmad menerima pemberian ustad Salam ini,setelah itu Ahmad permisi pulang untuk kembali kerumahnya.Dalam perjalanan menuju rumah ternyata Ahmad bertemu temannya yang bernama Lahab.
“Kamu dari mana ahmad ,kok bawa kambing?”tanya Lahab
“habis dari rumah pak ustad Salam,”jawab Ahmad.
“lho itu kambing milik sapa?”tanya Lahab.
“Ini kambing ceritanya diberikan oleh pak ustad,sewaktu saya datang kesana silahturahmi saya datang membawa buah salak,eh saya pulang malah dberi seekor kambing,”terang Ahmad.
“O begitu ya,”jawab Lahab,sambil otak liciknya berpikir,ehm kalo beri buah salak aja dapat seekor kambing apalagi kalo aku datang bawa buah durian bisa-bisa diberi sapi hihihi,”gumam Lahab dalam hatinya.Lalu Lahab memutuskan datang ke rumah pak ustad Salam dengan membawa buah durian gede-gede dan manis pula.
“Asalaimualaikum Ustad,”Lahab mengucapkan salam kepda ustad Salam yang kebetulan duduk di ruang tamu.
“O Lahab ,silahkan duduk!”perintah ustad Salam.
“Makasih pak ustad,”jawab Lahab.
“Ada apa gerangan datang kemari Lahab?”tanya ustad Lahab.
“Begini ustad saya datang kesini silahturahmi sambil bawa oleh-oleh buah durian gede-gede dan manis lagi,”jelas Lahab kepada ustad Salam.
“O begitu,sebentar ya.”jawab ustad Salam lalu masuk ke dalam rumah untuk menemui istrinya.
Dalam hati Lahab udah gembira banget dia merasa jangan-jangan oleh pak ustad dia diberi seekor sapi nich.
“Umi,buah salak yang diberikan oleh ahmad mana?”tanya ustad Salam kepada istrinya.
“Ini abi,”jawab istri ustad Salam sambil memberikan buah salak itu kepada suaminya.
“Ini Lahab ada buah salak buat kamu,”ujar ustad Salam sambil memberikan buah itu kepada Lahab,muka Lahab langsung berubah menjadi kecut,dia pikir dia bisa dapat yang lebih gede karena udah memberikan buah salak kepada ustad Salam.Lalu Lahab permisi pulang sambil membawa buah salak itu dengan perasaan dongkol.





tidak sempurna dimata manusia

  








    Kisah dari negeri Arab ini saya tulis agar dapat kita ambil hikmahnya bersama.Kisah ini dimulai di sebuah padang gunung yang  gersangdan kering,ada seorang laki-laki yang kita sebut saja namanya si Fulan,si Fulan ini bersama bapaknya menuju sebuah kota kecil.Saat hendak menuju kota itu si Fulan dan ayahnya mengendarai seekor keledai,keledainya tidak terlalu besar namun sanggup ditumpangi oleh dua orang yaitu si Fulan dan ayahnya.
             Saat itu hari cukup terik matahari bersinar terang,keledai yang mereka tumpangi melangkah gontai menuju sebuah perkampungan di sebuah sudut kota.Sambil sesekali minum Fulan dan ayahnya tetap berjalan melanjutkan perjalanannya.Di tengah jalan si Fulan ini bertemu oleh seseorang,si Fulan dan ayahnya berhenti karena sepertinya orang tersebut hendak mengajak mereka berdua berbicara.
“Anda berdua hendak kemana ?”tanya orang itu.
“kami hendak membeli perlengkapan di kota ini pak,”jawab si Fulan.
“O begitu,saya mau tanya pada anda berdua,apa anda berdua tidak kasian menumpangi keledai kecil ini,kan keledai sekecil ini harus menanggung berat badan anda berdua,”jelas orang itu.Mendengar penjelasan orang tersebut berpikir sejenak,lalu berkata,”Benar kata anda Pak,lain kali kami kesini tidak akan menyusahkan keledai kami lagi”
Mendengar jawaban ayah Fulan orang tersebut akhirnya pergi
Akhirnya setelah urusan selesai mereka berdua kembali ke kotanya lagi.
“Kalo dipikir pikir benar sekali kata orang itu nak,kasian keledai kita harus menanggung berat badan kita berdua,”terang ayah si Fulan.
“Iya ayah,besok kalo kesana lagi jangan kita tunggangi berdua keledai ini cukup satu orang saja yang menungganginya.”jawab si Fulan.Mendengar itu ayah Fulan mengangguk tanda setuju.
Keesokan harinya dikarenakan ada yang harus dibeli lagi mereka berdua hendak ke kota kecil itu lagi.Namun kali ini ada yang berbeda ayah si Fulan menunggangi keledai itu dan si Fulan sendiri berjalan sambil menuntun keledai itu.Sampailah mereka pada kota yang dituju,lalu dia bertemu dengan orang lagi namun bukan orang yang pertama yang mereka temui.Berbincanglah mereka bertiga.
Melihat ada seorang anak menuntun keledai sedangkan ayahnya menunggang keledai orang itu geleng-geleng kepala tanda heran
“Anda geleng-geleng kepala kenapa bapak?”tanya ayah Fulan kepada orang tersebut.
“Saya heran kok bisa hal ini terjadi?”jawab orang tersebut mengangkat dahi seperti mencibir.
“Ada apa gerangan pak?”tanya ayah Fulan.
“Saya heran kok tega-teganya anda membiarkan anak bapak menuntun keledai ini sendirian sedangkan anda enak-enakan duduk di atas keledai,”jawab orang tersebut.
Mendengar itu Fulan dan ayahnya saling berpandangan tanda heran.
“Benar kata bapak,harusnya anak saya yang menungganginya bukan saya,saya egois terhadap anak saya,maafkan saya bapak,”jawab ayah Fulan.
“Hmmmm,baiklah kalo anda sudah mengerti,saya permisi”jawab orang itu lalu pergi meninggalkan Fulan dan ayahnya.
Setelah urusan selesai Fulan dan ayahnya kembali kekotanya lagi.”Benar kata orang itu nak,harusnya bapak saja yang menuntun keledai ini,kamu kan belum dewasa biar kamu saja yang menungganginya,”jelas ayah Fulan kepada Fulan
“Baik ayah,”jawab si Fulan.
Keesokan harinya karena harus belanja lagi di kota kecil itu Fulan dan ayahnya kembali menuju kota itu dengan mengendarai keledai,namun kali ini ada yang berbeda.Terlihat jika hanya si Fulan saja yang menunggangi keledai tersebut sedangkan ayah Fulan yang menuntun keledai tersebut.
Dalam perjalanan di kota itu Fulan dan ayahnya bertemu dengan seorang kakek tua.Kakek tua itu meminta si Fulan turun dari keledai.Terlihat dari raut muka kakek tersebut kalo dia tidak suka melihat Fulan mengendarai keledai tersebut.
“Ada apa gerangan kakek meminta saya turun dari keledai?”tanya si Fulan.
“Kamu belum paham ya nak?”tanya si kakek dengan nada agak emosi.
“Saya belum tau kakek,”jawab si Fulan sedangkan ayah Fulan hanya memandang wajah anaknya tanpa berbicara apapun.
“Kamu ini termasuk anak durhaka,kenapa kamu tega menunggangi keledai sendirian sedangkan ayahmu kamu suruh menuntun keledai ini,apa kamu tidak kasian melihat ayahmu berjalan terus menerus?”jelas kakek tersebut.
Mendengar penjelasan kakek tersebut si Fulan raut mukanya terlihat sedih dan menundukkan kepala.
“Iya Kek,maafkan saya lain kali saya tidak akan mengulangi perbuatan ini,”jawab si Fulan.
“Baik kalo begitu,saya pergi dulu,”jawab kakek tua tadi.
Setelah urusan di kota kecil ini selesai Fulan dan ayahnya kembali pulang ke kota mereka.
“Benar kata Kakek tersebut ayah harusnya saya tidak menjadi anak yang durhaka,”terang si Fulan.
Keesokannya si Fulan dan ayahnya hendak ke kota itu lagi karena harus menyelasaikan keperluan mereka yang belum selesai.Namun ada yang terlihat berbeda kali ini bahkan sangat berbeda,terlihat ayah Fulan memikul keledai tersebut dan berjalan bertiga menuju kota kecil itu lagi.
Disana mereka berdua dicegat oleh seseorang dan orang tersebut malah tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Fulan dan ayahnya.
“Kenapa anda tertawa?”tanya si Fulan kepada orang tersebut.
“Liat ayah kamu gila,masak punya keledai tidak ditunggangi malah di pikul,hahahahha gila,gila!”jawab orang tersebut sambil tertawa terpingkal-pingkal.

       Liat kisah ini,apa yang bisa kita simpulkan dari kisah barusan?Dalam hidup ini jika menurut pandangan orang tentu saja tidak ada yang benar di dalam diri kita,selalu ada saja salahnya.Jadi dalam kehidupan sehari-hari jangan heran jika ada teman atau tetangga kita yang membicarakan tentang kejelekan yang ada di dalam diri kita,kita harus selalu bersabar karena manusia tidak akan perna sempurna jika dinilai oleh sesama manusia itu sendiri.