Di blog ini ak mau sharing kisahku sewaktu
bertugas dinas p3k di barak pengungsian gafatar.Hari itu tepatnya tanggal 26
/1/2016 aku mendapatkan tugas sebagai dokter jaga di barak pengungsian pengikut
gafatar di kota Surabaya.Kami berempat terdiri dari dokter,perawat,bidan dan
supir ambulan berangkat menggunakan mobil dinas puskesmas yaitu ambulan,menuju
lokasi dimana pengungsi gafatar menginap.Sesampai disana susananya cukup
ramai,ada yang dari koramil,dinas sosial provinsi jawa timur,dinas kesehatan
provinsi,dinas kesehatan kota,polisi,psikolog dll.
Kami sendiri disini mewakili
dinas Kesehatan Kota Surabaya,karena lokasi Puskesmas kami dekat lokasi
pengungsian maka kami ditunjuk untuk jaga sift satu di posko kesehatan.Di posko
ini sendiri ada 3 sift taitu pagi siang dan malam.Kebetulan aja kelompok kami
kebagian sift pagi.Sesampai di posko kesehatan
kami langsung mengemas barang-barang dan masuk ke ruang periksa,disana ternyata
obat obatan sudah tersedia.Obat-obatan ini sudah disediakan sebelumnya oleh
pihak Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.Oleh dinas kesehatan provinsi klo
obat ada yang kurang bisa meminta ke mereka karena masih stok obat melimpah di
dalam ruangan lain.Saya mengangguk tanda mengerti.
Baru
saja duduk di kursi kami langsung kedatangan pasen anak-anak dengan keluhan
batuk pilek,lalu saya anamese dan saya periksa seperti biasa.Karena masih pagi
aku pengen berkeliling untuk melihat liat situasi disekitar barak pengungsi.Aku
mulai berjalan menuju ke tengah-tengah disana ada psikolog yang sedang
menghibur anak-anak pengungsi dengan mengajak mereka bernyanyi bergembira
bersama-sama,lalu saya menuju ke tenda-tenda polisi melihat polisi ada yang
sedang beristirahat ada juga yang sedang berjaga di pintu masuk,lalu aku
lanjutkan berjalan ke barak pengungsian sendiri,aku liat ruangannya cukup
panjang dan agak kurang rapi,banyak barang berserakan.
Barak pengungsi yang lain ada juga
yang berbentuk kamar-kamar seperti kamar kos,tiap ruangan dihuni satu keluarga
pengungsi,di sebelah barak ada dapur umum tampak para relawan memasak nasi dan
menyiapkan makanan untuk para pengungsi.disana juga ada posko PMI,sempat saya
foto juga posko PMI.
Setelah puas berkeliling saya kembali ke
posko kesehatan untuk melanjutkan melayani pasien,pagi itu kurang lebih pasen
yang saya layani berjumlah 30 orang.Sewaktu jaga saya sempat di wawancarai oleh
3 televisi swasta yaitu net tv,metro tv dan trans 7.Adapun pertanyaan reporter
sewaktu wawancara
Reporter : menurut dokter
penyakit apa saja yang banyak ditemukan pada para pengungsi?
Saya : setelah saya memeriksa
beberapa pasen dapat saya simpulkan banyak yang menderita batuk pilek atau
infeksi pernafasan dan diikuti infeksi pencernaan seperti diare dan lain lain
Reporter : menurut dokter
kira-kira apa penyebabnya?
Saya : penyebabnya bisa
banyak,salah satunya karena perjalanan jauh para pengungsi kecapekan daya tahan
turun sehingga lebih mudah sakit,dan kondisi barak yang kurang rapi juga mudah
menimbulkan penyakit
Reporter : apa saran dokter agar
kesehatan para pengungsi bisa lebih baik?
Saya : saran saya tentu
meningkatkan hygiene sanitasi lingkungan,trauma healing yang dilakukan psikolog
jga cukup membantu untuk mengurangi stress para pengungsi.
Waktu itu ada seorang pasien
ibu-ibu yang kondisi setengah sadar dibokong ke dalam ruangan,saya cek saya
tensi ternyata 80/6- saya anamese katanya sempat beberapa kali diare dan
badannya sempat panas lalu saya suruh perawat saya pasang oksigen dan kebetulan
ada 118 dari dr soetomo yang membawa peralatan lengkap membantu memasang infuse,saya
ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena memang butuh cek laborat lalu
saya rujuk pasen tersebut ke rs haji dengan menggunakan ambulan puskesmas kami.
Klo dari pengakuan beberapa pengungsi mereka sepertinya adalah orang
awam yang ga tau apa –apa dituduh ikut aliran sesat namun mereka tidak merasa
seperti itu.Mereka bercerita ada perebutan lahan antara beberapa suku,suku
dayak sendiri dianggap menerima mereka pengungsi gafatar dengan lapang
dada,namun suku Madura dan melayu yang dianggap memusuhi mereka dan mengusir
mereka dari tempat tinggal emreka,tanpa sempat membawa barang-barang apapubn
hanya pakaian yang melekat ditubuh mereka saja yang mereka bawa itu menurut pengakuan beberapa pengungsi
gafatar.
Saya sendiri cukup penasaran dengan paham
gafatar ini.Sebenarnya gafatar ini apa,setelah saya amati sewaktu sholat duhur
saya tidak menemukan satu pengungsi pun yang ikutan sholat bersama sama kami
para petugas,saya juga ga melihat para ibu-ibu memakai jilbab,ini cukup aneh
bagi saya,karena rata-rata para pengungsi gafatar adalah orang jawa,dan
kebanyakan ibu-ibu asal jawa biasanya memakai jilbab walopun satu atau dua
orang,namun saya tidak menemukan di kelompok para pengungsi ini.Dari proses
saya berbincang-bincang dengan pasien mayoritas dari mereka menjual rumah
tempat tinggal asal untuk bayar iuran pergi ke Kalimantan bekerja sebagai
petani.
Cukup aneh juga bagi saya
karena mereka rela meninggalkan pekerjaan tetap mereka untuk menjadi petani,mereka
meyakini tanah kita itu subur kalo diolah akan menghasilkan hasil bumi yang
melimpah.Bahkan ada jawaban mengejutkan dari salah satu pengungsi sewaktu saya Tanya
bagaimana rteaksi mereka setelah rumah mereka dibakar ?pengungsi etrsebut menjawab
yang terhadap musuh bila kita ditampar pipi kiri berikan pipi yang kanan jangan
melawan kasihanilah musuhnya sesuai ajaran dalam hadits,saya kaget juga
mendengar jawaban itu karena bukannya itu ajaran kasih dari agama kristiani.Ini
membuat saya makin bingung dengan ajaran ini.