Kisah dari negeri Arab ini saya tulis agar
dapat kita ambil hikmahnya bersama.Kisah ini dimulai di sebuah padang gunung
yang gersangdan kering,ada seorang
laki-laki yang kita sebut saja namanya si Fulan,si Fulan ini bersama bapaknya
menuju sebuah kota kecil.Saat hendak menuju kota itu si Fulan dan ayahnya
mengendarai seekor keledai,keledainya tidak terlalu besar namun sanggup
ditumpangi oleh dua orang yaitu si Fulan dan ayahnya.
Saat itu hari cukup terik matahari
bersinar terang,keledai yang mereka tumpangi melangkah gontai menuju sebuah
perkampungan di sebuah sudut kota.Sambil sesekali minum Fulan dan ayahnya tetap
berjalan melanjutkan perjalanannya.Di tengah jalan si Fulan ini bertemu oleh
seseorang,si Fulan dan ayahnya berhenti karena sepertinya orang tersebut hendak
mengajak mereka berdua berbicara.
“Anda berdua hendak kemana ?”tanya
orang itu.
“kami hendak membeli perlengkapan
di kota ini pak,”jawab si Fulan.
“O begitu,saya mau tanya pada
anda berdua,apa anda berdua tidak kasian menumpangi keledai kecil ini,kan
keledai sekecil ini harus menanggung berat badan anda berdua,”jelas orang
itu.Mendengar penjelasan orang tersebut berpikir sejenak,lalu berkata,”Benar
kata anda Pak,lain kali kami kesini tidak akan menyusahkan keledai kami lagi”
Mendengar jawaban ayah Fulan
orang tersebut akhirnya pergi
Akhirnya setelah urusan selesai
mereka berdua kembali ke kotanya lagi.
“Kalo dipikir pikir benar sekali
kata orang itu nak,kasian keledai kita harus menanggung berat badan kita
berdua,”terang ayah si Fulan.
“Iya ayah,besok kalo kesana lagi
jangan kita tunggangi berdua keledai ini cukup satu orang saja yang
menungganginya.”jawab si Fulan.Mendengar itu ayah Fulan mengangguk tanda
setuju.
Keesokan harinya dikarenakan ada
yang harus dibeli lagi mereka berdua hendak ke kota kecil itu lagi.Namun kali
ini ada yang berbeda ayah si Fulan menunggangi keledai itu dan si Fulan sendiri
berjalan sambil menuntun keledai itu.Sampailah mereka pada kota yang
dituju,lalu dia bertemu dengan orang lagi namun bukan orang yang pertama yang
mereka temui.Berbincanglah mereka bertiga.
Melihat ada seorang anak menuntun
keledai sedangkan ayahnya menunggang keledai orang itu geleng-geleng kepala
tanda heran
“Anda geleng-geleng kepala kenapa
bapak?”tanya ayah Fulan kepada orang tersebut.
“Saya heran kok bisa hal ini
terjadi?”jawab orang tersebut mengangkat dahi seperti mencibir.
“Ada apa gerangan pak?”tanya ayah
Fulan.
“Saya heran kok tega-teganya anda
membiarkan anak bapak menuntun keledai ini sendirian sedangkan anda enak-enakan
duduk di atas keledai,”jawab orang tersebut.
Mendengar itu Fulan dan ayahnya
saling berpandangan tanda heran.
“Benar kata bapak,harusnya anak
saya yang menungganginya bukan saya,saya egois terhadap anak saya,maafkan saya
bapak,”jawab ayah Fulan.
“Hmmmm,baiklah kalo anda sudah
mengerti,saya permisi”jawab orang itu lalu pergi meninggalkan Fulan dan
ayahnya.
Setelah urusan selesai Fulan dan
ayahnya kembali kekotanya lagi.”Benar kata orang itu nak,harusnya bapak saja
yang menuntun keledai ini,kamu kan belum dewasa biar kamu saja yang
menungganginya,”jelas ayah Fulan kepada Fulan
“Baik ayah,”jawab si Fulan.
Keesokan harinya karena harus
belanja lagi di kota kecil itu Fulan dan ayahnya kembali menuju kota itu dengan
mengendarai keledai,namun kali ini ada yang berbeda.Terlihat jika hanya si
Fulan saja yang menunggangi keledai tersebut sedangkan ayah Fulan yang menuntun
keledai tersebut.
Dalam perjalanan di kota itu
Fulan dan ayahnya bertemu dengan seorang kakek tua.Kakek tua itu meminta si
Fulan turun dari keledai.Terlihat dari raut muka kakek tersebut kalo dia tidak
suka melihat Fulan mengendarai keledai tersebut.
“Ada apa gerangan kakek meminta
saya turun dari keledai?”tanya si Fulan.
“Kamu belum paham ya nak?”tanya
si kakek dengan nada agak emosi.
“Saya belum tau kakek,”jawab si
Fulan sedangkan ayah Fulan hanya memandang wajah anaknya tanpa berbicara
apapun.
“Kamu ini termasuk anak
durhaka,kenapa kamu tega menunggangi keledai sendirian sedangkan ayahmu kamu
suruh menuntun keledai ini,apa kamu tidak kasian melihat ayahmu berjalan terus
menerus?”jelas kakek tersebut.
Mendengar penjelasan kakek
tersebut si Fulan raut mukanya terlihat sedih dan menundukkan kepala.
“Iya Kek,maafkan saya lain kali
saya tidak akan mengulangi perbuatan ini,”jawab si Fulan.
“Baik kalo begitu,saya pergi
dulu,”jawab kakek tua tadi.
Setelah urusan di kota kecil ini
selesai Fulan dan ayahnya kembali pulang ke kota mereka.
“Benar kata Kakek tersebut ayah
harusnya saya tidak menjadi anak yang durhaka,”terang si Fulan.
Keesokannya si Fulan dan ayahnya
hendak ke kota itu lagi karena harus menyelasaikan keperluan mereka yang belum
selesai.Namun ada yang terlihat berbeda kali ini bahkan sangat berbeda,terlihat
ayah Fulan memikul keledai tersebut dan berjalan bertiga menuju kota kecil itu
lagi.
Disana mereka berdua dicegat oleh
seseorang dan orang tersebut malah tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan
Fulan dan ayahnya.
“Kenapa anda tertawa?”tanya si Fulan
kepada orang tersebut.
“Liat ayah kamu gila,masak punya
keledai tidak ditunggangi malah di pikul,hahahahha gila,gila!”jawab orang
tersebut sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Liat kisah ini,apa yang bisa kita
simpulkan dari kisah barusan?Dalam hidup ini jika menurut pandangan orang tentu
saja tidak ada yang benar di dalam diri kita,selalu ada saja salahnya.Jadi dalam
kehidupan sehari-hari jangan heran jika ada teman atau tetangga kita yang
membicarakan tentang kejelekan yang ada di dalam diri kita,kita harus selalu
bersabar karena manusia tidak akan perna sempurna jika dinilai oleh sesama
manusia itu sendiri.
No comments:
Post a Comment