26 Oct 2012

belajar dari sebuah paku


 




Alkisah ada anak lelaki dengan watak

buruk.

Ayahnya memberi dia sekantung penuh

paku, dan

menyuruh memaku satu batang paku di

pagar

pekarangan setiap kali dia kehilangan

kesabarannya atau berselisih paham

dengan

orang lain.



Hari pertama dia memaku 37 batang di

pagar.

Pada minggu-minggu berikutnya dia

belajar untuk

menahan diri, dan jumlah paku yang

dipakainya

berkurang dari hari ke hari. Dia

mendapatkan

bahwa lebih gampang menahan diri

daripada

memaku di pagar.



Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu

lagi

memaku sebatang paku pun dan dengan

gembira

disampaikannya hal itu kepada ayahnya.



Ayahnya kemudian menyuruhnya

mencabut

sebatang paku dari pagar setiap hari bila

dia

berhasil menahan diri/bersabar.Hari-hari

berlalu

dan akhirnya tiba harinya dai bisa

menyampaikan

kepada ayahnya bahwa semua paku

sudah

tercabut dari pagar.



Sang ayah membawa anaknya ke pagar

dan

berkata :Anakku, kamu sudah berlaku baik,

tetapi coba lihat betapa banyak lubang

yang

ada dipagar. Pagar ini tidak akan kembali

seperti

semula.Kalau kamu berselisih paham atau

bertengkar dengan orang lain, hal itu

selalu

meninggalkan luka seperti pada pagar.



Kau bisa menusukkan pisau di punggung

orang

dan mencabutnya kembali, tetapi akan

meninggalkan luka. Tak peduli berapa

kali kau

meminta maaf/menyesal, lukanya

tinggal. Luka

melalui ucapan sama perihnya seperti

luka

fisik.



Kawan-kawan adalah perhiasan yang

langka.

Mereka membuatmu tertawa dan

memberimu

semangat. Mereka bersedia

mendengarkan jika

itu kau perlukan, mereka menunjang dan

membuka

hatimu. Tunjukkanlah kepada teman-

temanmu

betapa kau menyukai mereka.

Untuk mengakhiri : Keindahan

persahabatan

adalah bahwa kamu tahu kepada siapa

kamu

dapat mempercayakan rahasia.











No comments: